Dokumen gerhana matahari total 1983 (Foto: Repro/ Bagus Kurniawan-detikcom)
Peristiwa langka ini justru tak bisa disaksikan oleh rakyat Indonesia kala itu. Pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto melalui Menteri Penerangan (Menpen) Harmoko melarang rakyat menyaksikan GMT secara langsung. Rakyat ditakuti akan bahaya yang bakal terjadi ketika menyaksikan GMT secara langsung tanpa menggunakan alat pelindung, terutama bahaya radiasi sinar infra merah ataupun lontaran partikel-partikel matahari.
Rakyat hanya bisa menyaksikan siaran langsung Stasiun TVRI bekerjasama dengan televisi NHK Jepang dari Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Namun sebaliknya, pemerintah Indonesia memberikan kebebasan kepada para ilmuwan ahli bidang astronomi untuk melihat dan menelitinya. Berbagai peneliti dunia datang ke Indonesia waktu itu.
Repro (Foto: Bagus Kurniawan/detikcom)
|
Di kawasan Candi Borobudur Magelang yang baru saja diresmikan purna pugarnya oleh Presiden Soeharto, saat itu ada sekitar 50 orang dari Stasiun TVRI dan NHK Jepang yang bertugas menyiarkan siaran langsung. Selain siaran langsung, lumut-lumut yang menempel di relief-relief Candi Borobudur juga diteliti kemungkinan adanya atau terkena dampak radiasi akibat GMT. Beberapa kamera terpasang untuk memantau di sekitar candi.
Repro (Foto: Bagus Kurniawan/detikcom)
|
Pada hari Jumat, 10 Juni 1983 ada lebih dari 400 orang pengamat asing yang datang untuk mengamati GMT dari kawasan Yogyakarta. Selain itu ada sekitar 1.800-an turis asing yang datang ke Yogyakarta untuk menyaksikan GMT.
Repro (Foto: Bagus Kurniawan/detikcom)
|
Sekitar 500 orang mengamati dari wilayah Kabupaten Boyolali, Magelang dan Purworejo. Mereka menyaksikan dari berbagai tempat yang telah disediakan. Saat itu di lapangan ditugaskan aparat TNI dan Polri untuk mengawasi dan mendata para pengamat asing. Untuk mendapatkan izin pengamatan saat itu, pengamat asing juga tidak gratis, mereka harus membayar sekitar 7 USD/orang.
sumber : http://news.detik.com/berita/3124033/saat-warga-dilarang-lihat-langsung-tapi-ratusan-ilmuwan-malah-datangi-indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar