Jumat, 05 Februari 2016

Beda dengan Tahun 1983, Tak Ada Larangan Menyaksikan Gerhana 1988

Beda dengan Tahun 1983, Tak Ada Larangan Menyaksikan Gerhana 1988


Beda dengan Tahun 1983, Tak Ada Larangan Menyaksikan Gerhana 1988 Foto: Bagus Setyo Nugroho

Jakarta - Lima tahun setelah gerhana matahari total penuh kehebohan pada 11 Juni 1983, fenomena alam yang langka ini datang lagi ke Indonesia. Gerhana matahari total terjadi pada 18 Maret 1988.

Namun kedua gerhana ini mendapat perlakuan berbeda. Jika gerhana 1983 pemerintah secara resmi melarang warga melihat langsung, maka pada 1988, atau beberapa hari setelah Soeharto dilantik sebagai presiden, tidak muncul imbauan yang sama.

Bahkan kali ini tak ada siaran langsung gerhana oleh TVRI. Beberapa penduduk yang buru-buru menyetel televisi saat gerhana terjadi pun kecewa karena tak ada siaran.

Perbedaan lainnya, gerhana 1983 melintasi daerah yang padat penduduknya yakni Jawa dan Sulawesi Selatan. Sedangkan gerhana 1988, daerah yang dilintasi tak sepadat Jawa, yakni Bengkulu, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Selebihnya gerhana berada di Samudera Hindia dan berakhir di Pulau Aleut, Alaska, Amerika Serikat.

Gerhana kali itu juga hanya sekitar dua menit, berbeda dengan gerhana 1983 yang durasinya sekitar lima menit. Gerhana total terjadi pukul 07.30 WIB.

Sekitar 300 astronom asing datang meneliti gerhana 1988. Jumlahnya jauh merosot dibandingkan lima tahun sebelumnya karena waktu gerhana yang singkat itu.

Apalagii gerhana 1988 terjadi pada akhir musim hujan dan melintasi daerah dengan curah hujan yang tinggi. Banyak peneliti gerhana cemas potensi kendala cuaca terlalu besar sehingga mereka memilih absen.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Thomas Djamaluddin mengatakan gerhana 1988 ini memiliki jalur yang mirip dengan yang akan terjadi tahun ini pada 9 Maret 2016.

"Jalurnya melalui 11 provinsi, mulai dari Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Babel, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara," ucap Thomas.

Pemerintah memperkirakan akan ada lima juta wisatawan lokal yang menikmati gerhana 2016 di 11 lokasi tersebut. Menteri Pariwisata Arief Yahya juga menargetkan 100 ribu turis gerhana dari mancanegara datang menyaksikan di Indonesia. Lewat promosi Kemenpar, saat ini hunian hotel di lokasi-lokasi tersebut sudah nyaris terisi penuh.

http://news.detik.com/berita/3135464/beda-dengan-tahun-1983-tak-ada-larangan-menyaksikan-gerhana-1988

Gerhana 1988 Disambut Muda-mudi Bangka dengan Berkemah di Pantai

Gerhana 1988 Disambut Muda-mudi Bangka dengan Berkemah di Pantai


Gerhana 1988 Disambut Muda-mudi Bangka dengan Berkemah di Pantai Foto: Ilustrasi: Bagus Setyo Nugroho
Jakarta - Gerhana matahari total melintas di Bangka pada 18 Maret 1988. Remaja setempat memilih menyambutnya dengan berkemah di Pantai Penyak.

Kesan gerhana matahari sebagai fenomena alam yang menakutkan tak terlihat di pantai ini. Muda-mudi seolah merayakan datangnya gerhana dengan menginap sejak semalam sebelumnya.

Malam itu mereka berkerumum di sepanjang jalan raya di daerah Pantai Penyak. "Banyaknya remaja itu memberikan kesan ini acara bukan yang berbau ilmiah tetapi kayak pesta," kata seorang peneliti LIPI dari Jakarta kala itu sepeti dilansir Antara.

Sekitar pukul 06.25 WIB, matahari muncul dari balik awan tebal. Perlahan bulan bergerak menutupinya.

Lewat pengeras suara, aparat pemerintahan setempat langsung memperingatkan para remaja itu. "Pakai filter!" kata seorang panitia gerhana mengingatkan berulang kali.

Gerhana 1988 ini dimualai dari Samudera Hindia, melintasi Sumatera, Kalimantan, lalu bergerak ke Samudera Pasifik. Gerhana berakhit di Pulau Aleut, Alaska, Amerika Serikat.

Kemeriahan menyambut gerhana ini diharapkan juga terulang ketika melintasi lagi daerah Provinsi Kepulauan Bangka dan Belitung pada 9 Maret 2016. Pemprov menyiapkan acara Ultra Beach Run, Belitung Photography Trip, karnaval budaya, dan tari kolosal.

Kementerian Pariwisata menargetkan ada lima juta wisatawan lokal menikmati gerhana di titik yang dilintasi gerhana matahari total seperti Provinsi Bangka Belitung. Lewat promosi sejak dua tahun lalu, turis Asing juga diharapkan mencapai 100 ribu orang
sumber : http://news.detik.com/berita/3136431/gerhana-1988-disambut-muda-mudi-bangka-dengan-berkemah-di-pantai

Gerhana 1988 di Palembang, Warga Terpesona Turis Jepang

Gerhana 1988 di Palembang, Warga Terpesona Turis Jepang


Gerhana 1988 di Palembang, Warga Terpesona Turis Jepang Ilustrasi: Bagus Setyo Nugroho
Jakarta - Turis gerhana asal Jepang mendominasi orang asing yang menyaksikan gerhana matahari total 18 Maret 1988 di Palembang. "Saya memilih Palembang karena biayanya ringan," kata Takao Heriguchi seperti dilansir Antara. Mahasiswa Jepang yang menyaksikan gerhana di Jembatan Ampera ini juga tertarik ke Palembang karena ingin tahu lebih banyak soal Kerajaan Sriwijaya.

Ada juga yang datang sekeluarga seperti dilaporkan Antara dari Jembatan Ampera. Karena kehadiran mereka, masyarakat lokal yang awalnya tak memperhatikan jadi ikut menonton gerhana.

Awalnya warga Palembang yang melintas di Jembatan Ampera keheranan dengan keluarga Jepang yang sibuk memotret dan melihat matahari. "Ah, bagus, bagus sekali," kata ibu dari keluarga itu ketika gerhana mencapai totalitasnya.

Melihat kerumunan orang di belakangnya, keluarga itu risih. Keluarga ini membagikan filter gerhana kepada warga lokal agar mereka bukan memperhatikan mereka tapi matahari tertutup bulan.

Sementara itu sebanyak 200 orang astronom dari Negeri Sakura berkumpul di Lapangan Golf Kenten. Total ada 1.200 turis gerhana datang ke Palembang pada gerhana 1988.

(Baca juga: Gerhana Matahari Total 'Pulang' ke Palembang)

Serombongan pelajar juga nekat bolos sekolah demi gerhana. Saking penasarannya dengan gerhana, mereka memilih absen karena sekolah tak memberi waktu khusus buat melihat gerhana.

Sebagian warga Palembang memilih salat saat berlangsungnya gerhana. Uniknya, usai salat, mereka santap bersama pempek dan berugo.

Ada juga masyarakat yang memilih sembunyi dari gerhana karena takut matanya buta. Warga Tangga Buntung, misalnya, berdiam di rumah dan menutup jendela rapat-rapat. Bahkan ada orangtua yang melarang semua anggota keluarganya berbicara selama gerhana.

Seorang perempuan di kampung 16 Ulu bahkan sampai bersembunyi di kolong tempat tidur. Rupanya ia percaya mitos bahwa perempuan hamil yang keluar saat gerhana akan membuat kulit bayinya belang.

Gerhana matahari total kembali melintasi Palembang pada 9 Maret 2016. Kali ini pemerintah daerah menyiapkan berbagai acara agar warga ikut memeriahkan fenomena langka ini.

Pemprov Sumatera Selatan sudah menyiapkan berbagai acara buat meramaikan momen langka ini. Ada acara festival foto internasional, glowing night run, atraksi budaya, pertunjukan barongsai, dan pelepasan lampion.

Setiap daerah yang dilintasi gerhana matahari total memang diminta menyiapkan diri. Kementerian Pariwisata menargetkan ada 100 ribu turis asing yang berburu gerhana ke Indonesiasumber : http://news.detik.com/berita/3136039/gerhana-1988-di-palembang-warga-terpesona-turis-jepang

Gerhana Matahari Total 'Pulang' ke Palembang


Gerhana Matahari Total Pulang ke Palembang Ilustrasi: Bagus Setyo Nugroho

Jakarta - Gerhana matahari total 9 Maret 2016 akan kembali melintasi Palembang. Sebelumnya gerhana matahari total juga mampir di Ibu Kota Provinsi Sumatera Selatan ini pada 11 Maret 1988.

Saat itu puncak gerhana matahari total di Palembang terjadi pukul 07.29 WIB. Puncak kemeriahan pada 1988 itu ada di Jembatan Ampera tempat berkumpulnya turis dan masyarakat lokal. Sedangkan para astronom berkumpul di Lapangan Golf Kenten.

Banyak turis memilih menyaksikan gerhana di Palembang karena kota besar dan mudah dijangkau dari Jakarta. Setidaknya ada 1.200 wisatawan mancanegara datang ke Palembang, mayoritas berasal dari Jepang.

Memang masih ada beberapa kawasan yang mendadak sepi, seperti di kawasan Tangga Buntung. Daerah itu berubah seperti kota mati karena warganya masih beranggapan gerhana bisa membutakan mata seperti gencar dikampanyekan pada 1983. Bahkan tak satupun boleh bicara selama gerhana total.

Ada juga cerita seorang warga 16 Ulu yang sembunyi di kolong tempat tidur. Perempuan hamil itu takut kulit bayinya belang jika terkena sinar gerhana.

Demi mencegah kesalahpahaman itu terulang, Pemprov Sumatera Selatan menyiapkan penduduknya menghadapi gerhana. Pemprov juga bekerja sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) buat mengadakan tur edukasi gerhana.

Tahun ini, lokasi utama buat menonton gerhana masih akan di Jembatan Ampera. Ada juga rekomendasi tempat lain, yakni Plaza Benteng Kuto Besak di tepi Sungai Musi yang tak jauh dari Jembatan Ampera.

Pemerintah setempat juga sudah menyiapkan berbagai acara buat meramaikan momen langka ini. Ada acara festival foto internasional, glowing night run, atraksi budaya, pertunjukan barongsai, dan pelepasan lampion.

(Baca juga: Gerhana Bakal Jadi Momen Wisata Spesial di Palembang)

Setiap daerah yang dilintasi gerhana matahari total memang diminta menyiapkan diri. Kementerian Pariwisata menargetkan ada 100 ribu turis gerhana datang dari mancanegara.

 
 
sumber : http://news.detik.com/berita/3135933/gerhana-matahari-total-pulang-ke-palembang

Rabu, 03 Februari 2016

Warga Berharap Jokowi Tak Ulangi Cara Orde Baru Hadapi Gerhana 1983

Warga Berharap Jokowi Tak Ulangi Cara Orde Baru Hadapi Gerhana 1983

Warga Berharap Jokowi Tak Ulangi Cara Orde Baru Hadapi Gerhana 1983 Foto: Ilustrasi oleh Bagus Setyo Nugroho/detikcom

Pemerintahan Presiden Soeharto pada 1983 melarang melihat gerhana matahari total 11 Juni 1983 secara langsung karena bisa menyebabkan kebutaan. Bahkan di daerah yang dilintasi gerhana muncul imbauan seperti harus menutup sumur dan menutup kaca mobil saat berkendara agar tak kena sinar gerhana.

Akibatnya masyarakat ketakutan dan bersembunyi di dalam rumah. Polisi pun dikerahkan menghalau masyarakat yang masih berani berkeliaran saat gerhana.

Gerhana matahari total kembali menyapa Indonesia pada 9 Maret 2016. Warga berharap pemerintah tidak mengulangi cara masa Orde Baru yang memaksa warga besembunyi.

"Saya melihat di belahan dunia tidak terjadi seperti ini, yang sifatnya informasi membodohi," kata Diyono, pembaca detikcom yang menyaksikan gerhana 1983. "Saya berharap pemerintah Indonesia sekarang memberikan informasi secara cerdas kepada rakyatnya soal kejadian alam ini," ucap Diyono.

Hal senada diungkapkan Muzakkir (58) yang saat gerhana tengah kuliah di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Menikmati gerhana yang menurutnya indah itu, Muzakkir menyayangkan saat itu masyarakat dilarang melihatnya. Ia berharap pemerintah tidak lagi menakut-nakuti masyarakat soal gerhana.

Hal yang sama diungkapkan oleh Setyawan Murdono yang saat gerhana 1983 berada di Sragen. Ia beruntung bisa melihat gerhana secara langsung karena ayahnya justru mengajaknya keluar rumah meski sempat ditegur polisi.

"Untuk gerhana tahun ini, jangan ada kebodohan-kebodohan seperti tahun 1983," kata Setyawan. "Katanya habis ngelihat gerhana bisa buta, wong saya sampai sekarang masih bisa melihat kok, alhamdulillah."

Menanggapi permintaan masyarakat ini, Menteri Pariwisata Arief Yahya meyakinkan publik bahwa pemerintahan Jokowi tak akan mengulangi cara masa lalu itu. Ia justru mengimbau agar masyarakat keluar rumah saat gerhana. "Dari kepala LAPAN, pernyataannya kan kita boleh memandangnya, yang berbahaya itu (melihat) pergerakan dari tidak ada cahaya menjadi ada cahaya," kata Arief.

Kementerian Pariwisata yang sudah mempromosikan momen langka ini sejak dua tahun lalu menargetkan akan ada 100 ribu turis gerhana asing. Sementara itu untuk masyarakat Indonesia, Kementerian akan menyediakan 1.000 kacamata gerhana yang akan didistribusikan ke 12 titik yang dilewati gerhana.
Sumber : http://news.detik.com/berita/3134691/warga-berharap-jokowi-tak-ulangi-cara-orde-baru-hadapi-gerhana-1983

Pernah Lihat Pada 1983, Guru Ini Ajak Muridnya Tonton Gerhana 2016

 Abdul Aziz Gofur masih ingat kejadian saat masih duduk di kelas dua SMP. Saat itu ia masih tinggal di Karanggandul, Purwokerto, Jawa Tengah.

"Memang benar pemerintah saat itu gencar sekali mensosialisasikan jangan melihat langsung gerhana," kata Abdul kepada detikcom, Kamis (4/2/2016). "Peristiwa langka tersebut lebih baik disaksikan lewat televisi ataupun bayang-bayang di air."

Saat itu Abdul nekat keluar rumah melawan larangan pemerintah. Ia bercerita, saat gerhana total suasana hening dan dingin. "Ayam-ayam peliharaan kami berkumpul di depan pintu kandang seperti pada saat menjelang magrib, menyangka senja telah tiba," ujarnya.

Pengalaman tak terlupakan itu selalu ia ceritakan kepada murid-muridnya di SMK Al Amanah Setu, Tangerang Selatan, Banten. Menjelang gerhana matahari total 9 Maret 2016, Abdul mengajak murid-muridnya menyaksikan gerhana.

Guru agama Islam ini meyakinkan siswanya kalau melihat gerhana tidak akan membuat mata buta asalkan dengan cara yang benar. Gerhana matahari memang hanya bisa dilihat dengan mata telanjang saat mencapai totalitasnya atau surya tertutup bulan sepenuhnya. Selain saat itu maka harus memakai alat bantu seperti kacamata gerhana atau melihat bayangannya.

Baca juga: Begini Cara Aman Melihat Gerhana Matahari Total
http://news.detik.com/berita/3116542/begini-cara-aman-melihat-gerhana-matahari-total

Sering diceritakan pengalaman melihat gerhana 1983, murid-murid Abdul pun jadi penasaran. "Pak, gerhana tahun ini lewat daerah kita enggak?"kata Abdul menirukan ucapan muridnya.

Tahun ini gerhana matahari total memang tidak melintasi Tangerang Selatan. Namun daerah ini bisa melihat gerhana matahari sebagian. Jadi selama proses gerhana sebagian ini, mereka yang ingin menikmatinya harus memakai alat bantu melihat gerhana dari awal hingga selesai.

Anda punya pengalaman saat momen gerhana matahari total tahun 1983, 1988 dan 1995 di daerah masing-masing. Silakan berbagi cerita ke redaksi@detik.com. Jangan lupa sertakan nomor kontak Anda.

Sumber : http://news.detik.com/berita/3134595/pernah-lihat-pada-1983-guru-ini-ajak-muridnya-tonton-gerhana-2016

Senin, 01 Februari 2016

Gerhana 1983, Mata Ditutup Selendang Hingga Sembunyi di Kolong Ranjang

Berbagai pengalaman unik dialami warga saat gerhana matahari total 1983. Mulai dari bersembunyi di kolong tempat tidur, menutup mata dengan kain hingga menutup seluruh ventilasi rumah agar cahaya gerhana tidak masuk ke dalam karena dianggap bahaya.

Mariyanah, warga Jembatan Besi, Jakarta ini contohnya. Saat gerhana terjadi tahun 1983, Mariyanah baru berumur 6 tahun. Meski usianya masih kecil, namun masih membekas dalam ingatannya bagaimana fenomena alam itu menjadi sesuatu yang begitu menakutkan untuk dia dan keluarga.

"Masih jelas dalam ingatan saya saat peristiwa itu terjadi, nenek kami menyembunyikan saya dan saudara lain di bawah kolong ranjang kasur, " kata Mariyanah kepada detikcom, Senin (1/2/2016).

Mariyanah mengatakan, kala itu neneknya mengatakan gerhana matahari terjadi karena ada raksasa yang akan makan matahari. Sehingga orang-orang harus bersembunyi. Mereka juga tidak boleh keluar sampai gerhana selesai.

Namun, Mariyanah kecil mencoba menyelinap dan berusaha keluar rumah. Saat gerhana dalam kondisi total dia melihat melalui baskom air yang diletakan di depan rumah.

"Saat itu gelap banget. Di dalam baskom yang terisi air ada bayangan bulat warna hitam, ada cahaya warna oranye di sekitar lingkaran itu," katanya.

Senada dengan Mariyanah, Anang juga merasakan hal yang sama. Saat itu usianya baru menginjak 6 tahun. Ibunda Anang menyuruh 3 orang anaknya untuk bersembunyi di kamar. Semua ventilasi dan jendela ditutup agar sinar matahari tidak bisa masuk.

Namun saat gerhana belum sepenuhnya terjadi, sinar matahari terlihat masuk di dalam kamar karena rumah Anang tanpa plafon dan sebagian menggunakan genteng kaca. Sinar matahari menembus genteng kaca dan masuk ke dalam kamar.

"Mungkin saking takut terjadi pada anak-anaknya, ibu saya menyobek selendang dan saat cahaya mulai gelap buru-buru ibu menutup mata kami bertiga dengan sobekan selendang tersebut dan di paksa agar kami tidur," ucap Anang.

"Saking takutnya saya sempat menangis, namun buru-buru ibu memeluk erat tubuh kami dan kamipun tertidur dengan mata tertutup selendang meski kami sudah di dalam kamar," tambah Anang.

Gerhana matahari total akan kembali terjadi di Indonesia 9 Maret 2016 mendatang. Istimewanya gerhana ini hanya terjadi di Indonesia dan masyarakat bisa melihat gerhana tanpa ada larangan dari pemerintah seperti tahun 1983 lalu. Mereka tidak perlu lagi bersembunyi di dalam kamar atau takut mata buta karena terkena sinar matahari. Gerhana matahari total tidak berbahaya asal melihatnya dengan cara yang benar
sumber : http://news.detik.com/berita/3131946/gerhana-1983-mata-ditutup-selendang-hingga-sembunyi-di-kolong-ranjang