Jumat, 29 Januari 2016

Jadi Penyuluh Gerhana 1983, Dokter di Tuban Ini Lihat Pemandangan Aneh

Jadi Penyuluh Gerhana 1983, Dokter di Tuban Ini Lihat Pemandangan Aneh

Gerhana matahari total 11 Juni 1983 sebenarnya peristiwa istimewa dan langka. Sayangnya ketika itu tak banyak yang menyaksikan langsung karena dilarang oleh pemerintah karena disebut bisa membuat mata buta.

Bahkan pemerintah mengerahkan tenaga penyuluhan hingga ke desa-desa buat menyiapkan masyarakat menghadapi gerhana. Salah satu tenaga penyuluh itu adalah dr. Sigit Setyawadi SpOG.

Sigit bercerita, saat itu ia dinas sebagai dokter Puskesmas di Kerek, Kabupaten Tuban. Ia diminta jadi memberikan penyuluhan bersama Camat dan aparat pemerintah setempat.

"Inti penyuluhannya sama seperti (imbauan) di televisi, yaitu agar masyarakat tidak melihat gerhana secara langsung dengan mata telanjang," kata Sigit kepada detikcom, Kamis (28/1/2016). "Jauh lebih baik melihat lewat televisi karena memang tidak ada sarana aman untuk melihatnya."

Menurutnya, penyuluhan dilakukan agar warga tidak mengalami hal buruk mengingat kala itu perlengkapan melihat gerhana masih minim. Sigit mengatakan di desa sangat jarang negatif film yang tebal dan melihat dari pantulan air juga belum terlalu aman karena radiasi matahari masih kuat.

"Kalau cuma (melihat) sepintas-sepintas ya tidak apa-apa," katanya. "Yang ditakutkan adalah orang secara sengaja menguat-nguatkan mata melihat gerhana."

Namun saat berkeliling dari kampung ke kampung, Sigit menemukan banyak pertanyaan aneh dari warga. "Banyak pertanyaan aneh seperti, apakah sapi yang melihat gerhana bisa buta? Bagaimana dengan ikan di kolam yang muncul di permukaaan apa bisa buta?" kata Sigit.

"Kalau saya tentu bisa menjawab bahwa semua itu tidak berbahaya karena baik ikan maupun sapi tidak ada yang dengan sengaja memandang matahari lama-lama," katanya. Namun ia ragu tenaga penyuluhan lain bisa menjawab dengan penjelasan yang ilmiah karena tak semua dari mereka punya latar belakang pendidikan yang mumpuni.

Selain pertanyaan aneh, Sigit juga mendapati pemandangan ganjil di desa-desa yang dikunjunginya. Ia melihat ada balai desa yang seluruhnya ditutup kain dan di balik selubung itu ada orang berkumpul menonton siaran langsung gerhana TVRI. "Ada kolam yang ditutupi terpal dan hewan dikandangkan," ujarnya.

Yang paling memprihatinkan, kata Sigit, banyak genting kaca yang dilepas atau dicat hitam. Sigit mengatakan, kesalahpahaman itu mendatangkan masalah bagi tenaga kesehatan di Puskesmas untuk kampanye pentingnya genting kaca dalam memerangi penyakit TBC. "Memang memprihatinkan, tetapi itulah fakta masyarakat kita tahun itu. Dengan penyuluhan yang benar pun hal-hal aneh masih terjadi," ujarnya.

Anda punya pengalaman saat momen gerhana matahari total tahun 1983 di daerah masing-masing. Silakan berbagi cerita ke redaksi@detik.com. Jangan lupa sertakan nomor kontak Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar