Jadi Penyuluh Gerhana 1983, Dokter di Tuban Ini Lihat Pemandangan Aneh
Gerhana matahari total 11 Juni 1983 sebenarnya peristiwa istimewa dan
langka. Sayangnya ketika itu tak banyak yang menyaksikan langsung karena
dilarang oleh pemerintah karena disebut bisa membuat mata buta.
Bahkan
pemerintah mengerahkan tenaga penyuluhan hingga ke desa-desa buat
menyiapkan masyarakat menghadapi gerhana. Salah satu tenaga penyuluh itu
adalah dr. Sigit Setyawadi SpOG.
Sigit bercerita, saat itu ia
dinas sebagai dokter Puskesmas di Kerek, Kabupaten Tuban. Ia diminta
jadi memberikan penyuluhan bersama Camat dan aparat pemerintah setempat.
"Inti
penyuluhannya sama seperti (imbauan) di televisi, yaitu agar masyarakat
tidak melihat gerhana secara langsung dengan mata telanjang," kata
Sigit kepada detikcom, Kamis (28/1/2016). "Jauh lebih baik melihat lewat
televisi karena memang tidak ada sarana aman untuk melihatnya."
Menurutnya,
penyuluhan dilakukan agar warga tidak mengalami hal buruk mengingat
kala itu perlengkapan melihat gerhana masih minim. Sigit mengatakan di
desa sangat jarang negatif film yang tebal dan melihat dari pantulan air
juga belum terlalu aman karena radiasi matahari masih kuat.
"Kalau
cuma (melihat) sepintas-sepintas ya tidak apa-apa," katanya. "Yang
ditakutkan adalah orang secara sengaja menguat-nguatkan mata melihat
gerhana."
Namun saat berkeliling dari kampung ke kampung, Sigit
menemukan banyak pertanyaan aneh dari warga. "Banyak pertanyaan aneh
seperti, apakah sapi yang melihat gerhana bisa buta? Bagaimana dengan
ikan di kolam yang muncul di permukaaan apa bisa buta?" kata Sigit.
"Kalau
saya tentu bisa menjawab bahwa semua itu tidak berbahaya karena baik
ikan maupun sapi tidak ada yang dengan sengaja memandang matahari
lama-lama," katanya. Namun ia ragu tenaga penyuluhan lain bisa menjawab
dengan penjelasan yang ilmiah karena tak semua dari mereka punya latar
belakang pendidikan yang mumpuni.
Selain pertanyaan aneh, Sigit
juga mendapati pemandangan ganjil di desa-desa yang dikunjunginya. Ia
melihat ada balai desa yang seluruhnya ditutup kain dan di balik
selubung itu ada orang berkumpul menonton siaran langsung gerhana TVRI.
"Ada kolam yang ditutupi terpal dan hewan dikandangkan," ujarnya.
Yang
paling memprihatinkan, kata Sigit, banyak genting kaca yang dilepas
atau dicat hitam. Sigit mengatakan, kesalahpahaman itu mendatangkan
masalah bagi tenaga kesehatan di Puskesmas untuk kampanye pentingnya
genting kaca dalam memerangi penyakit TBC. "Memang memprihatinkan,
tetapi itulah fakta masyarakat kita tahun itu. Dengan penyuluhan yang
benar pun hal-hal aneh masih terjadi," ujarnya.
Anda punya
pengalaman saat momen gerhana matahari total tahun 1983 di daerah
masing-masing. Silakan berbagi cerita ke redaksi@detik.com. Jangan lupa
sertakan nomor kontak Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar