foto © Copyright (c) 2012 TEMPO.CO foto Keriaan menyambut gerhana matahari total 2016 terjadi di hampir seluruh Tanah Air.
Warga Indonesia merayakan fenomena alam yang berlangsung secara singkat pada Rabu, 9 Maret 2016, dengan cara masing-masing.
Secara total, gerhana matahari melewati 12 daerah di Tanah Air.
Sebagian daerah menikmati gerhana sebagian.
Apa yang dialami masyarakat Indonesia kali ini bertolak belakang dengan situasi ketika gerhana matahari terjadi di Indonesia pada 11 Juni 1983.
Kala itu sebagian besar wilayah Pulau Jawa masuk lintasan gerhana matahari total.
Ini adalah gerhana matahari total keempat di Indonesia sepanjang abad ke-20 setelah fenomena pada 1901, 1929, dan 1962.
Pada 1983, sebagian besar masyarakat justru menyia-nyiakan kesempatan yang amat berharga itu.
Seperti ditulis majalah Tempo edisi 11 Juni 1983, pemerintah mengeluarkan aturan agar warga tidak melihat langsung gerhana karena bisa menimbulkan kebutaan yang tak bisa disembuhkan.
Instruksi pencegahan itu diikuti berbagai larangan dan aksi ngawur.
Di Jawa Timur dan Jawa Tengah, penjualan kacamata gerhana dari seluloid film yang sudah dicuci dilarang dan dimusnahkan.
Di Boyolali, para petani disarankan mencari rumput sehari menjelang gerhana agar saat fenomena itu terjadi bisa berdiam di rumah.
Bupati Sukoharjo kala itu, Gatot Amrih, bahkan menginstruksikan pegawainya pulang dua jam sebelum gerhana agar bisa mendekap anak-anak mereka.
"Katakan kepada masyarakat lainnya, mendekap anak di saat gerhana adalah perintah Bupati. Biarlah matahari saja yang buta, jangan kita,"  kata Gatot.
Di pesisir Pangandaran, Jawa Barat, nelayan dilarang melaut.
Di Jawa Timur, sepasukan polisi dikerahkan untuk menghalau warga yang ke luar rumah.
Buku panduan teknis melihat gerhana yang dilampiri alat observasi disita.
Dua juta selebaran, berisi segala macam larangan saat gerhana, disebarkan lewat pesawat gelatik oleh pramuka dan Federasi Aeromodeling Seluruh Indonesia.
Satu-satunya cara melihat gerhana saat itu, menurut pemerintah, hanya melalui siaran langsung di TVRI dan RRI.
Sekarang saatnya balas dendam.
"Teman-teman yang dulu dilarang menonton sekarang bertekad melihat gerhana di kota dengan puncak gerhana terlama," ujar Avivah Yamani dari komunitas astronomi Langitselatan, yang bermarkas di Bandung.
sumber : http://u.msn.com/id-id/berita/nasional/tragedi-saat-gerhana-matahari/ar-AAgy8Rz?li=AAfukE3