Budayawan Manado: TV Lupakan Gerhana di Sangihe
Rabu, 09 Maret 2016 | 11:17 WIB
Gerhana Matahari, 9 Maret 2016. REUTERS/Edgar Su
TEMPO.CO, Manado -
Budayawan Sulawesi Utara, Pitres Somobowadile, melayangkan protes
kepada semua televisi nasional yang menayangkan siaran mengenai gerhana
matahari total (GMT) karena dianggap melupakan sejarah tempat-tempat di
mana pernah terjadi GMT.Pitres menjelaskan, televisi nasional melupakan sejarah GMT pada 1995 yang terjadi di Kabupaten Sangihe (dulu Kabupaten Sangihe Talaud). Dari catatan resmi Lapan, saat itu memang ada pengamatan langsung dari wilayah Sangihe, tepatnya di Kota Tahuna. Kala itu Sangihe satu-satunya wilayah di Indonesia yang mengalami GMT.
"Lapan bikin pengamatan resmi kala itu (1995). Rupanya media televisi, seperti TVRI, Metro, dan Net, sekadar merujuk GMT 1983 yang memang kena di seluruh Jawa dan sekitarnya," begitu tulisan Pitres yang dia unggah pada akun Facebook-nya.
Pitres pun menceritakan pengalamannya pada 1995 ketika dia dari Kota Manado datang bersama kedua orang tua dan anaknya untuk melihat GMT di Sangihe. "Saya sesalkan di siaran TV tidak menyebutnya. GMT terjadi sekitar 1 menit 53 detik."
Wartawan senior Sulawesi Utara, Yoppi Worek, pun mengaku menyaksikan langsung GMT di Tahuna pada 1995. Dia melihat sejumlah ilmuwan berkumpul di lapangan depan rumah dinas Bupati Sangihe Talaud. "Kala itu terjadi GMT sekira pukul 13.00 Wita dan Tahuna dua menit gelap gulita," kata Yoppi Worek.
sumber : https://m.tempo.co/read/news/2016/03/09/061752107/budayawan-manado-tv-lupakan-gerhana-di-sangihe