Foto: Ilustrasi oleh Basith Subastian/detikcom
Namun ada juga yang mengabaikan larangan melihat gerhana secara langsung itu. "Saat gerhana matahari total, cuaca di Yogya sangat cerah, kami menabuh alat-alat musik sambil berkeliling," kata Benie Rujito (53) kepada detikcom, Rabu, (27/1/2016).
Benie dan kawan-kawannya bergerak dari Jalan Brigjen Katamso Gondoman menuju Kantor Pos Besar. Benie masih ingat betul saat itu jalan sangat sepi, bahkan jendela-jendela rumah di sepanjang jalan yang dilewatinya ditutup rapat.
Saat berkeliling itulah rombongan Benie dicegat polisi yang memang ditugaskan mencegah masyarakat keluar rumah saat gerhana. "Sampai di sebelah timur kantor pos, rombongan kami sempat dihentikan oleh garnizun yang sedang berpatroli," ujarnya.
Beruntung, mereka bersama Azwar AN, budayawan Yogyakarta pendiri Teater Alam. Azwar sukses membujuk polisi agar membolehkan mereka melanjutkan perjalanan. Hingga akhirnya mereka tiba di lokasi yang dituju buat menyaksikan gerhana: Alun-alun Kidul.
"Saat di alun-alun kidul mulai terjadi gerhana matahari total, kami semua melihat ke atas, luar biasa spektakuler keindahan gerhana matahari total," kata pria yang kini bekerja sebagai staff di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini. "Sungguh pengalaman yang tidak terlupakan seumur hidup dan kami bersyukur bisa menikmatinya."
Hingga kini Benie masih menyayangkan anjuran pemerintah yang secara massif melarang masyarakat keluar rumah untuk menyaksikan gerhana. "Sungguh sangat disayangkan pembodohan oleh pemerintah yang melarang menyaksikan gerhana matahari total dengan menakut-nakuti bisa mengakibatkan kebutaan," kata Benie. "Saya di antara yang beruntung menyaksikan peristiwa yang spektakuler tersebut, yang mungkin terjadi hanya sekali dalam hidup
sumber : http://news.detik.com/berita/3129201/menerobos-patroli-polisi-demi-melihat-gerhana-matahari-1983
Tidak ada komentar:
Posting Komentar